Pages

[at] Ketep Pass

Jeng-jeng anak2 TripleC dalam rangka menghabiskan uang kas. hehehe....

[at] Krempyengan UNNES

Olahraga sekali seumur hidup-nya anak2 Kimia 07; antri sepeda suwine pouuulll...

[at] What a beautiful pictures

What a beautiful pictures

[at] Telaga Menjer, Wonosobo

Tujuannya sih Kondangan, tapi daripada uang kas nganggur, ayo jalan2 hehee...

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday, December 16, 2011

Surat Cinta Seorang Hacker

Pas lagi browsing gak jelas di Lab, Ujug-ujug nemu ginian, heehe
Silakan dibaca...
Mungkin ada yang perasaannya sama kaya si "Hacker" heheheee


Surat Cinta Seorang Hacker

Seandai’nya hatimu adalah sebuah system,
Maka aku akan scan kamu untuk mengetahui port mana yang terbuka, Sehingga tidak ada keraguan saat aku c:\> nc -l -o -v -e ke hatimu,tapi aku hanya berani ping di belakang anonymouse proxy, inikah rasanya jatuh cinta sehingga membuatku seperti pecundang atau aku memang pecundang sejati whatever!

Seandainya hatimu adalah sebuah system,
Ingin rasanya aku manfaatkan vulnerabilities-mu, pake PHP injection Terus aku ls -la; find / -perm 777 -type d, sehingga aku tau kalo di hatimu ada folder yang bisa di tulisi atau adakah free space buat aku?. apa aku harus pasang backdor “Remote Connect-Back Shell” jadi aku tinggal nunggu koneksi dari kamu saja, biar aku tidak merana seperti ini.

Seandainya hatimu adalah sebuah system,
Saat semua request-ku diterima aku akan nogkrong terus di bugtraq untuk mengetahui bug patch n pacth terus, aku akan jaga service-mu jangan sampai crash n aku akan menjadi firewall-mu aku akan pasang portsentry, dan menyeting error page-mu ” The page cannot be found Coz Has Been Owned by Someone get out!” aku janji gak bakalan ada macelinious program atau service yang hidden, karena aku sangat sayang dan mencintaimu.

Seandainya hatimu adalah sebuah system,
Jangan ada kata “You dont have permission to access it” untuk aku, kalo ga mau di ping flood Atau DDos Attack jangan ah….! kamu harus menjadi sang bidadari penyelamatku.

Seandainya hatimu adalah sebuah system, …?

Tapi sayang hatimu bukanlah sebuah system,
kamu adalah sang bidadari impianku, yang telah mengacaukan system-ku!
Suatu saat nanti aku akan datang dan mengatakan kalo di hatiku sudah ter’infeksi virus yang Menghanyutkan, Ga ada anti virus yang dapat menangkal’nya selain … KAMU.

_________________________________________________________________________

Pengen tau "Balasan Surat dari Hacker" Ini?
Tunggu posting-an berikutnya...
heehe...

Thursday, December 1, 2011

Janji Bertemu di Surga

Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’. Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku’. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, “sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.” 
Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.’
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo’akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburanya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?
Dia menjawaba, “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.
Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.
Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.
Si pemuda bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.

Wednesday, November 30, 2011

I am The Tiger

One day in the middle of a forest, a tiger died after giving birth to her baby. Not long after that, a crowd of sheep passed by. The sheep's mother stopped by and looked at the helpless tiger baby. Having looked at the poor condition, the inner heart of the sheep called to protect him. Then she approached the newborn tiger and hugged it. Feeling the warmth and protection given by the sheep, the little tiger followed wherever she went.

In the next days, the little tiger lived together with all the sheep. Every single day he was breast fed by the sheep mother, played with the other sheep, ate and drank like a sheep. Even the little tiger spoke like a sheep and he felt he was part of the sheep.

One day somewhere, unexpectedly this crowd of sheep suddenly scattered into small groups running around. What was going on? Apparently, they were scared and felt threatened since there was a big starving tiger was running into their direction. Each and every single sheep was trying to save himself, including this little tiger. Seeing that there was one small tiger among the group, the hunting tiger was astonished. The big tiger roared loudly and shouted to the little tiger, "Hey, you little tiger! Stop running...!! Why are you running? Don't run!!! Stop!!!"

And yet this little tiger disobeyed the instruction and keep on running away following the rest of the group. The big hunting tiger ran towards the little tiger and finally successfully caught him.

"Why are you running with them? You are not a sheep! You are a tiger, just like me!," said the big tiger.

"No way, I am not a tiger. I am just a lamb ... just like them!" The little tiger shouted and shrank himself to escape. He was struggling hard to free from his grip.

The hunting tiger just could not believe what he just heard. The little tiger seemed to have a little problem accepting who he really was. And to prove his words he brought the little tiger into a clear pond, forced him to look into the water. Soon as he saw his own reflection, he was really stunned. "Wow, I am a tiger, I am not a sheep..." he whispered to himself.

Soon after he realized the truth, his basic animal instinct revived. He turned his head around and looked at the hunting tiger roaring loud pronouncing his satisfaction and victory. The little tiger as then started to imitate the big hunting tiger's attitude. Filled with all confidence and pride he roared endlessly pronouncing, "I am a tiger!! I am not a sheep!! I am the king of the jungle!! I am the ruler of the jungle!!"

The valuable message from the above story is that:


Know your true self through the potencies that are inherent in each of us.
Have courage to set down your goals.
Have faith and confidence that you can be successfull; just like the little tiger that finally finds his true essence.
Have courage to fight and realize yours!
You can become the person you want to be!!


Wednesday, November 23, 2011

Triple-C, "Kisahku dimulai" part 1

Computational Chemistry Club atau yang lebih tenar dengan TripleC, dari namanya (kalo yang tau artinya hehee) kita bisa tau kalo itu organisasi-nya anak2 kimia komputasi. Sebenarnya klo mau disebut organisasi kurang tepat juga si, karena berdiri tanpa SK, gak punya AD/ART ato apalah yang kaya organisasi- organisasi yang beneran di luar sana. Tapi masih punya struktur organisasi lho hehee... Dan yang buat bangga, peminatnya bejibun sob... hee

TripleC merupakan suatu "organisasi" yang dirintis oleh Dr. Kasmu'i M.Si di Laboratorium Kimia FIMPA UNNES Semarang. Awal mula dibentuknya TripleC ini karena Jurusan Kimia FMIPA UNNES lagi ketiban rejeki hehee... yaiu Dana Hibah A2. Apa itu Dana Hibah A2??? Aku juga gak ngerti hehe... Tanggal 13 Maret 2004 lah TripleC dibentuk, tugasnya para anggota pada saat itu membantu jurusan dan para dosen mengerjakan proyek2 yang berhubungan dengan Hibah tersebut, yang kebetulan proyek2 tersebut berhubungan dengan teknologi. Jurusan Kimia sangat mendukung dengan dibentuknya TripleC ini. Hingga sekarang TripleC masih berhubungan erat dengan pihak Jurusan Kimia. 

Kegiatan TripleC meliputi belajar segala sesuatu tentang komputer meliputi software2, hardware2, dan jaringan. Tapi gak hanya itu juga, di sini para anggota pun bisa belajar berorganisasi dan tidak ketinggalan bersih2 ruangan Lab. hehhee.... Selain itu, anggta 3C diharuskan juga jadi Assisten perkuliahan Komputasi Kimia.

Basecamp TripleC berlokasi di Gedung D8 Lantai 3 Lab Kimia Komputasi FMIPA UNNES. Alhmdulillah TripleC diberi kepercayaan untuk memegang kunci gerbang, bukan juru kunci lho...hehehe Dan di gedung yang terkenal agak angker inilah (hehehee biar keliatan gimana.... gtu) para anggota 3C melakukan kegiatan2nya mulai pertemuan rutin, belajar komputer, ngadain pelatihan, persiapan assistensi, cari uang, sampai ece2nan hehehhe...  

Dan...
disini lah kisah2ku dimulai....

Thursday, November 17, 2011

Kisah Pohon Apel (Memahami cinta kasih seorang Ibu melalui sebuah cerita sederhana)



Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.


Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.


Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.

Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.


Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.


Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Pohon apel itupun menjawab, “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu."


Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.


Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?


Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.


Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” Kemudian anak laki-laki itu menjawab, “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.”


Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali.


"Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak sahabat dan rekan. Dan yang lebih penting lagi adalah cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

http://maskolis.blogspot.com/2011/11/kisah-pohon-apel-memahami-cinta-kasih.html

Dua Manusia Super Penjual Tissue

Memang ini bukan kisah saya, ini hanya repost, tapi tak apalah. saya yakin kisah ini pasti sangat berguna untuk mengingatkan kita tentang kejujuran.

Kejujuran sebuah kata yang sangat sederhana tapi sekarang menjadi barang langka dan sangat mahal harganya. Memang ketika kita merasa senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah sulit, tetapi pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegang berbenturan dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah tetap memegangnya, atau kita biarkan tergilas oleh keadaan. Sebuah kisah kejujuran yang sangat menyentuh hati, dua orang anak kecil menjajakan tisu di pinggir jalan. Membuat kita mesti belajar banyak tentang arti sebuah kejujuran.


Siang ini, tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia super. Mereka makhluk-makhluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya di atas jembatan penyeberangan Setia Budi, dua sosok kecil berumur kira-kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan, “Terima kasih Oom!” Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka.

Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain di atas jembatan, menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki-laki itu pun menolak dengan gaya yang sama dengan saya, lagi-lagi sayup-sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tempat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok di sudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu, dua pertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan.


Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang menggayuti langit Jakarta.


“Terima kasih ya mbak … semuanya dua ribu lima ratus rupiah!” tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah.


“Maaf, nggak ada kembaliannya … ada uang pas nggak mbak?” mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.


“Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan?” suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah. “Nggak punya!”, tukas saya. Lalu tak lama si wanita berkata “Ambil saja kembaliannya, dik!” sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya ke arah ujung sebelah timur.


Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget, setengah berteriak ia bilang “Sudah buat kamu saja, nggak apa..apa ambil saja!”, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. “Maaf mbak, cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !”


Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi meninggalkannya. Tinggallah episode saya dan mereka. Uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya. Mereka menghampiri saya dan berujar “Om, bisa tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ke tukang ojek!”

“Eeh … nggak usah … nggak usah … biar aja … nih!” saya kasih uang itu ke si kecil, ia menerimanya, tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya, “Nanti dulu Om, biar ditukar dulu … sebentar.”

“Nggak apa apa, itu buat kalian” lanjut saya. “Jangan … jangan oom, itu uang oom sama mbak yang tadi juga” anak itu bersikeras. “Sudah … saya ikhlas, mbak tadi juga pasti ikhlas !”, saya berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari ke ujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat.


Secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari ke arah saya. “Ini deh om, kalau kelamaan, maaf ..”. Ia memberi saya delapan pack tissue. “Buat apa?”, saya terbengong “Habis teman saya lama sih oom, maaf, tukar pakai tissue aja dulu”. Walau dikembalikan ia tetap menolak.


Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastik hitam tissuenya. Beberapa saat saya mematung di sana, sampai si kecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah. “Terima kasih Om!”..mereka kembali ke ujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan, “Duit mbak tadi gimana ..?” suara kecil yang lain menyahut, “Lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin …….”.

Percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak dan kembali ke kantor dengan seribu perasaan. Tuhan, hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang tissue.

Dua anak kecil yang bahkan belum balig, memiliki kemuliaan di umur mereka yang begitu belia. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil.


YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO

1'st Post

Hmmm...
Gak tau harus nulis apa. mgkn emang dah dasarnya gak bakat nulis. tapi gak apa2lah yang penting nulis heehehe...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More